Sumber: youtube
Ribuan
ton sampah plastik mengapung di sekitar bantaran sungai milik warga,
terbawa arus hingga pesisir pantai. Akibatnya, sebuah hutan bakau di
Vietnam, dipenuhi oleh kantung-kantung plastik yang menyangkut pada
ranting-ranting pohon tersebut, kemudian tergulung oleh deburan ombak
dan membawanya ke tengah lautan.
Sampah-sampah itu
terombang-ambing, menumpuk dan menjadi ancaman bagi hewan-hewan yang
hidup di sana. Tak perlu menunggu lama, seekor hiu di Thailand tewas
akibat memakan sampah tersebut. Dilansir dari lamanstraitstimes.com,
setiap tahunnya, ada 8 juta ton sampah yang dibuang ke laut. Atau dalam
satu menit, setidaknya ada satu truk sampah plastik yang dibuang ke
sana.
Menurut Ocean Conservacy Report 2015, negara-negara
Asia mengambil peran penting dalam pencemaran tersebut. Di antaranya
adalah Tiongkok, Filipina, Thailand, Indonesia, India, dan Vietnam.
Keenam
negara tersebut memang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat,
salah satunya dalam memproduksi plastik. Sayangnya, hal tersebut tidak
diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik. Alhasil, plastik-plastik
itu dibuang ke sungai dan berubah menjadi limbah rumah tangga. Sumber: qz.com
Pemandangan memilukan terlihat di India, menurut World Heart Organization,
negara tersebut memiliki 14 kota dengan pencemaran sampah plastik
terparah di dunia. Seperti halnya di Yamuna, salah satu sungai suci yang
justru menjadi sungai paling tercemar di India.
Sementara di
Manila, Filipina, sungai Pasig, dinilai sebagai sungai paling tercemar
di dunia, karena sampah-sampah di sana telah menjelma menjadi sebuah
daratan kecil.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia justru
masuk peringkat dua setelah Tiongkok sebagai negara dengan pencemaran
laut terbesar di dunia. Artinya, negara kita menjadi penyumbang sampah
terbesar kedua, sekaligus menjadi negara yang paling produktif dalam
memproduksi sampah plastik. "Kita
berada dalam krisis polusi plastik. Kita bisa melihat setiap harinya di
sungai, di luat, dan rasanya perlu melakukan sesuatu untuk
menguranginya," Ujar Ahmad Ashov Birry, juru kampanye Greenpeace Indonesia.
Bukan hanya merusak pemandangan dan menimbulkan bau yang tidak sedap, sampah plastik juga bisa mengancam kehidupan biota laut. Pekan lalu, seekor paus jenis pilot atauGlobicephala mati akibat menelan 80 kantung sampah plastik yang total bobotnya mencapai sekitar 8 kilogram.
Sebelumnya,
paus itu ditemukan pada Senin (28/5), di sebuah kanal yang berada di
sebelah selatan provinsi Songkhla, Thailand. Saat ditemukan, paus
tersebut sempat memuntahkan lima kantung plastik, dan langsung
mendapatkan pertolongan dari tim medis. Namun nahas, Jumat (1/6), nyawa
paus tersebut tidak tertolong. *Ancaman Tidak Terlihat *
Para
ahli mengatakan bahwa ancaman sampah plastik juga ada yang tidak
terlihat. Mereka menemukan Mikroplastik, atau potongan-potongan kecil
dari sampah plastik yang mengandung racun. Mikroplastik itu ditemukan
pada air tawar, air tanah, bahkan di dalam tubuh ikan yang biasa kita
makan sehari-hari.
Hal ini jelas mengkhawatirkan para nelayan.
Seperti Nguyen Thi Puong, nelayan asal Vietnam yang mengeluhkan bahwa
pesisir pantai di desanya telah berubah menjadi pembuangan sampah selama
bertahun-tahun. Dia menuturkan, kondisi ini sangat memprihatinkan dan
berbahaya bagi kelangsungan hidup anak-anaknya.
Bukan hanya itu,
satu kilometer dari pesisir pantai, juga ditemukan berbagai macam sampah
plastik yang kian hari kian menumpuk, mulai dari sandal, bungkus pasta
gigi, perkakas rumah, kotak makanan, jaring ikan, hingga baju bekas. Sampah Plastik di Tahun 2050
Menurut Joi Danielson, direktur program Oceans Plastics Asia
di SYSTEMIQ, kurangnya koordinasi pengumpulan sampah di Vietnam dan
negara-negara Asia lainnya, menjadi faktor utama mengapa sampah plastik
dibuang ke laut.
Hanya 40 persen saja yang kemudian dikelola
dengan baik, dan selebihnya hanyut terbawa arus sungai. Selain itu,
adanya ketergantungan pemakaian plastik yang dilakukan oleh masyarakat,
juga berperan penting pada pencemaran lingkungan.
Melihat hal tersebut, Ocean Comservacy memprediksi,
di tahun 2025, jumlah sampah plastik di lautan bisa mencapai 250 juta
ton. Artinya, di tahun 2050, akan lebih banyak sampah plastik dibanding
dengan biota laut yang ada di samudra.
Jadi, setelah membaca penjelasan yang ada di atas, sudah tahukah Anda apa yang mesti kita lakukan? SUMBER ARTIKEL